Selasa, 16 Oktober 2012
SANG PESAKITAN (surat untuk kumala)
Tangisanmu makin lama makin mengiris-iris hati,bukan karena hati yang beralih,lebih karena hati yang berontak memperjuangkan perasaan yg memang sudah tumbuh.tertanam dan tersirami air suci dari mata kita,kenyataan yg memang menjadikan raga kita terpisah dari kesatuan hati yang terikat kuat oleh nadi seandainya terpotong ikatan itu hanya akan membunuh bukan melepaskan,hanya ragawi yang tak bisa berontak pasrah pada nasib,hingga kauperlakukan tubuhmu untuk kepuasaan dia yg duniawi,aku paham jiwa kita damai dlm impian dlm rumah kebahagian yang kita bangun lewat mimpi dan air mata ini aku tak lagi buthuh ragamu karena aku sudah menyatu dalam bangunan mimpi kita,kumala......tak perlu menangisi terpisahnya raga kita,sesuatu yg agung telah menyatukan kita tanpa ada yg tau dan bisa memasukinya kita dalam dimensi lain,bukan dimensi ego,nafsu ataupun kepura-puraan,dimensi bagi pesakitan ragawi seperti kita ini.kamu tau tangismu terlalu suci untuk tertuang dalam perasan ragawi,kesucianmu dalam mimpi kita tlah berhiaska]n kasih sayang dan slalu menjadi rahasia kita mari kita simpan dlm kotak misteri didalam bangunan mimpi kita hingga suatu saat nanti akan menjadi cerita haru pilu bagi yg menemukanya,kumala.........Malam ini semua larut dalam mimpi mereka mungkin ragamu juga larut dalam melayani keegoisan,aku iklas.biarkan aku berjalan menapaki bangunan ini dan menghiasi seluruh ruanganya dengan air mata.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar